Translater

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sabtu, 29 Juli 2017

Kunjungan ke Desa Loa Kumbar

Ditulis Oleh : Taufiq Badaruddin


Sabtu, 29 Juli 2017, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kaltim dan teman teman GPMB Kaltim didampingi oleh inisiator bina desa BEM Unmul melakukan survei di Loa Kumbar Kelurahan Loa Buah Kota Samarinda. Loa Kumbar adalah suatu wilayah eks perusahaan plywood PT. Wana Rimba Kencana (WRK) yg saat ini dihuni sekitar 87 KK dgn jumlah penduduk 321 jiwa. Penduduknya 98% warga bugis dgn mata pencaharian petani pisang. 

Wilayah Loa Kumbar merupakan salah satu RT di wilayah kelurahan Loa Buah Samarinda. Akses ke wilayah ini dapat ditempuh melalui darat dan sungai dengan jarak tempuh sekitat 1 jam. Wilayah ini sampai saat ini belum dialiri listrik PLN dan air dari PDAM. Jaringan listrik sudah dibangun PLN dan info dari pak RT setempat akan diresmikan pertengahan bulan Agustus 2017. Di Loa Kumbar sdh memiliki TK dan SD Filial. Murid TK hanya berjumlah 7 orang dan murid SD berjumlah 38 orang.

Permasalahan yang ditemui oleh warga Loa Kumbar seperti yang dituturkan Ketua RT Loa Kumbar dan bapak Abdullah yang juga merangkap sebagai Kepala sekolah di SD Filial Loa Kumbar adalah : 


  1. Minimnya akses terhadap bahan bacaan/buku buku. 
  2. Minimnya kemampuan teknis/kreatifitas warga/ibu ibu dalam industri pengolahan pisang. 
  3. asar untuk memasarkan kriping pisang yang dibuat ibu ibu di Loa Kumbar belum terstruktur. 
Semoga TIM GPMB bisa bekerjasama untuk membantu mengurangi dan mengatasi 3 permasalahan yang tengan dihadapi oleh Warga di Desa Loa Kumbar.



Minggu, 09 Juli 2017

Perjalanan Wisata "Kutai Lama"

Minggu 09 Juli 2017,  kami mengikuti pra Lounching Wisata air dengan trayek baru Menuju Kutai Lama bersama kapal wisata #Pesut_Etam, adapun, tujuan wisata kami kali ini adalah mengunjungi 3 makam bersejarah yang berada di Kutai lama yang merupakan cikal bakal sejarah islam di Kerajaan Kutai Kartanegara.

Desa Kutai Lama Kabupatan Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Salah satu kawasan bersejarah
yang tak pernah luput dari ingatan adalah Kutai Lama, Kutai Lama menjadi tempat keramat alias penuh dengan naunsa mistik. Maka tak heran bila kawasan itu menjadi salah satu obyek ziarah bagi sejumlah warga baik dari Kaltim maupaun dari luar Pulau Kalimantan. Desa ini masih belum terkenal sebagai kawasan wisata. Wilayah yang saat ini menjadi salah satu desa di Kecamatan Anggana, Kabupaten Kukar itu, dikenal dengan sejarah Kerajaan Hindu-Budha yang pertama di Indonesia

Sebelum kapal memulai perjalanan, seluruh peserta diwajibkan mengenakan pelampung sebagai syarat safety berlayar. ± 2 jam perjalanan air kami lakukan dan selama diatas kapal wisata kami disuguhi penampilan tari Jepen serta musik dan lagu tingkilan khas Kutai Kartanegara.

Tak ketinggalan anak-anak kecil yang berada dikapal wisata, ikut mendengarkan dongeng sambil melakukan kegiatan literasi lainnya seperti mewarnai dan membaca.

Selasa, 04 Juli 2017

Pengurus GPMB Menulis

MEMPERTAHANKAN NILAI LUHUR DALAM KELUARGA 
Oleh : INNI INDARPURI

Tribun Juli 2017
Dalam salah satu konferensi internasional tentang Kota Layak Anak di Zagreb, Kroasia tahun 2012, delegasi Indonesia, yang salah satunya diwakili oleh ibu Dra. Hj. Hardiana Muriyani, MSi, Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak Badan Pemberdayaan Perempuan KB Provinsi Kalimantan Timur tertegun saat narasumber dari Kroasia menyampaikan presentasinya. Disebutkan bahwa Kroasia tengah membuat program mengeratkan kembali tali silaturahmi antar keluarga. 

Selain memprogramkan acara berkumpul anggota keluarga seminggu sekali, negara di Eropa bagian tenggara yang berbatasan dengan Bosnia-Herzegovina ini mulai membangun taman-taman yang bisa dijadikan akses berkumpulnya keluarga termasuk nenek dan cucu. Delegasi Indonesia terkesima dengan program ini, karena justru sebenarnya jauh sebelum program tersebut dicetuskan, kedekatan antar keluarga ini merupakan salah satu nilai luhur dalam masyarakat kita. Sayangnya, nilai yang kita anggap sebagai budaya tradisional itu mulai tergerus arus globalisasi dan mederenisasi. 

Negara kepulauan tercinta dengan berbagai suku dan budaya ini, sejak dahulu terkenal dengan falsafah, “magan ora mangan waton kumpul.” Itu gambaran betapa keluarga menjadi prioritas, sehingga lebih baik hidup susah di desa atau di kampung daripada harus berpisah dengan keluarga. Memang tidak sepenuhnya falsafah tersebut tepat, namun paling tidak sebagian besar potret bangsa kita dimasa lalu, mengedepankan keluarga dalam kehidupan bermasyakat.